hari ini waktu jam pelajaran masih berlanjut gue berdiskusi tentang duit sama temen - temen gue demi melindungi masa depan teman gue yang hina ini gue samarkan namanya menjadi dodol dan lemper.
dodol pada saat itu emosi sekali karena mengetahui anggaran uang kas naek jadi dua ribu dan bersumpah tidak akan pernah membayar uang kas tersebut dan gue dengan kepolosan gue yang sebenarnya begok ini hanya memberi saran kenapa gak di laporin sama wali kelas. kemudian dodol menjawab . gak ada guna ngomong ke wali kelas . wali kelas yang gak jelas kayak gitu mana mikirin murid. akhrinya gua cuam-cuam manyun dan terdiam dari pada kasih komen gaje lagi lalu di hina setengah mati oleh manusia hina gue akhirnya memutuskan untuk berdiam diri saja.
kalian mau tau si lemper kemana ? si lemper mati kena geger otak karena si dodol melampiaskan kemarahannya ke si lemper dengan menjedotkan palanya yang gepeng itu ke dinding (oke ini bohong)
yang jelas gue gak meratiin si lemper ngomong apaan .
friza claudya dona sita
Jumat, 01 November 2013
Rabu, 02 Oktober 2013
arti cinta khalil gibran
Bagi Gibran cinta mengarahkan manusia pada Allah, dan karena
cinta pula Allah mempertemukan diri-Nya kepada manusia. Lantaran itu
dalam pandangan Gibran cinta sesungguhnya adalah cinta atas nama Allah
dan cinta kepada Allah itu sendiri, karena segala sesuatu adalah
pantulan dan imanensi dari Sang Mahacinta. Cinta kepada yang lain selain
Allah, tetapi atas nama dan di dasarkan pada Allah akan membawa manusia
dan alam semesta kepada persekutuan dengan Allah. Hal ini terungkap
jelas dalam tulisannya yang berjudul Cinta Keindahan Kesunyian,
(Yogyakarta, Bentang Budaya, 1999, hal. 72-74)
"Cinta membimbingku mendekati-Mu namun kemudian kegelisahan membawaku
menjauhinya. Aku telah meninggalkan pembaringanku, cinta, karena takut
pada hantu kelupaan yang bersembunyi di balik selimut kantuk. Bangun,
bangun, cintaku, dan dengarkan aku. Aku mendengarkan-Mu, kekasihku! Aku
mendengar panggilan-Mu dari dalam lautan dan merasakan kelembutan
sayap-sayap-Mu. Aku telah menginggalkan pembaringanku dan berjalan di
atas rerumputan. Embun malam membasahi kaki dan keliman pakaianku, di
sini aku berdiri di bawah bunga-bunga pohon Almond, memperhatikan
ruh-Mu."
Gibran tidak hanya menekankan cinta sebagai dasar hubungan antara
manusia dengan Allah, tetapi lebih jauh dari itu melalui dan dalam cinta
manusia diarahkan, dituntun sampai pada tahap akhirnya hidup dalam
persekutuan dengan Allah. Cinta melampaui keterbatasan manusia, menembus
ruang fisik dan berjumpa dengan Allah. Dengan demikian cinta
ditempatkan Gibran sebagai bentuk hubungan terpenting dan tertinggi.
Agar sampai pada persekutuan dengan Allah melalui Cinta, bagi Gibran
cinta itu harus berangkat dari peran manusia yang kongkret dalam kodrat
kemanusiaan dan potensi-potensinya yang lebih jauh dan luas. Dalam
Triloginya Sang Nabi, Taman Sang Nabi, dan Suara Sang Guru (Yogyakarta,
Pustaka Sastra, 2004, hal 212) dengan jelas Gibran menggambarkan tentang
hal tersebut.
"Kalian orang-orang beriman yang dapat menemukan adanya suatu dasar
untuk kemajuan seluruh umat manusia dalam sifat baik manusia, dan bahwa
dalam diri manusia terdapat tangga kesempurnaan yang menuju Roh Kudus?
Jika kalian dapat berlaku demikian, maka kalian akan seperti bunga
bakung di taman kebenaran yang abadi harumnya baik tersimpan dihirup
manusia atau tersapu oleh angin lalu."
Hal senada dikatakan Gibran dalamSemua Karena Cinta (Yogyakarta, Narasi, 2005, hal. 54)
"Hidup tanpa cinta bagaikan sebatang pohon yang kokoh berdiri namun dahannya kering, tanpa dihiasi buah ataupun bunga."
Sejalan dengan pandangan mistik agama samawi, bagi Gibran persatuan
Allah dan manusia tidak hanya terjadi dalam cinta yang meluap-luap dan
berkobar-kobar kepada Allah dalam ekstase. Gibran lebih memandang
pengalaman mistik dari aspek etika. Pengalaman mistik dalam pandangan
Gibran tidak berarti melarikan diri dari tugas dan tanggungjawab hidup
di dunia ini, dengan menyingkir untuk masuk dalam ekstase kebahagiaan
untuk diri sendiri saja, membelakangi dunia serta melupakan segala
penderitaan hidup diri sendiri maupun orang lain. Baginya mistisisme
yang hanya mementingkan diri sendiri adalah egoisme alias pengingkaran
terhadap kodrat manusia. Gibran menekankan bahwa relasi cinta antara
Allah dan manusia baru akan menjadi nyata bila melimpah ke dunia dalam
wujud cinta kepada sesama. Ini harus terjadi bukan dengan kata-kata,
melainkan dalam belas kasihan dan kurban diri.
Wujud tertinggi dari cinta bagi Gibran adalah terlibat atau melibatkan
diri dalam dunia; dan bentuk keterlibatan itu dimaknai oleh Gibran
dengan kerja. Kerja atau pekerjaan adalah satu-satunya wujud relasi
manusia dengan Allah dalam dunia, sebagai sebuah bentuk kurban diri yang
kongkret. Kerja yang dimaksudkan Gibran tidak hanya melibatkan daya
fisik tetapi juga pikiran dan perasaan manusia. Melalui kerja manusia
dapat mewujudkan dirinya sebagai individu. Dengan bekerja manusia dapat
melebur dalam persatuan dengan sesama, dan dengan bekerja pula manusia
dapat menjumpai Allah di dalam alam semesta. Hal ini dilukiskan Gibran
dalam Triloginya (hal.28-29)
"...aku berkata bahwa hidup memang kegelapan, jika tanpa hasrat dan
keinginan. Dan semua hasrat-keinginan adalah buta, jika tidak disertai
pengetahuan. Dan segala pengetahuan adalah hampa, jika tidak diikuti
pekerjaan. Dan setiap pekerjaan akan sia-sia, jika tidak disertai cinta.
Bekerja dengan rasa cinta, berarti kalian sedang menyatukan diri dengan
diri kalian sendiri, dengan diri-diri orang lain - dan kepada Allah."
Gibran meyakini bahwa kerja merupakan dimensi mendasar hidup manusia di
dunia. Latar belakang pemikirannya adalah karena manusia ialah citra
Allah, juga karena perintah yang diterima dari Penciptanya untuk
menaklukkan dan menguasai dunia. Bagi Gibran semua perkerjaan manusia
harus berorientasi pada cinta. Karena kerja yang berlandaskan pada
cinta, maka melalui kerja atau pekerjaan manusia tidak hanya mengubah
kodrat, tetapi juga mewujudkan dirinya sendiri dan membangun masyarakat
keluarga dan bangsa.
Bagi Gibran cinta tidak punya makna selain mewujudkan maknanya sendiri.
Cinta tidak memberikan apa-apa pada manusia, kecuali keseluruhan
dirinya, dan cintapun tidak mengambil apa-apa dari manusia, kecuali dari
dirinya sendiri. Cinta tidak memiliki atau dimiliki, karena telah cukup
untuk cinta. Namun jika manusia mencintai dengan hasrat dan keinginan,
maka manusia harus meluluhkan diri, mengalir di dalamnya, dan terlibat.
Hanya saja dalam kehidupan manusia cinta yang sempurna tidak dapat
ditemukan. Kehidupan adalah tabir kegelapan, berkerudung dan bercadar.
Melalui dan dalam cinta manusia senantiasa digiatkan untuk melakukan
pencarian makna kehidupan dengan mengamalkan cinta kasih, tetapi
kesempurnaan cinta hanya ada dan dimiliki oleh Allah.
"Apabila kalian mencinta, janganlah berkata: "Allah ada di dalam hatiku"
tetapi sebaliknya kalian merasa: "Aku berada di dalam Allah" Dan jangan
kalian mengira bahwa kalian dapat menentukan arah cinta, karena cinta
apabila telah menjatuhkan pilihan pada kalian, dialah yang akan
menentukan perjalanan hidup cinta." (Trilogi hal.14)
Dalam kehidupan, manusia tidak mampu mengukur kualitas cinta, sebab
kepenuhan cinta sesungguhnya adalah Allah itu sendiri. Allah adalah awal
dan akhir kehidupan, Allah adalah cinta, maka hanya dalam dan melalui
cinta manusia berjalan dan mengarahkan dirinya kepada Allah.
"Cinta membimbingku mendekati-Mu namun kemudian kegelisahan membawaku menjauhinya. Aku telah meninggalkan pembaringanku, cinta, karena takut pada hantu kelupaan yang bersembunyi di balik selimut kantuk. Bangun, bangun, cintaku, dan dengarkan aku. Aku mendengarkan-Mu, kekasihku! Aku mendengar panggilan-Mu dari dalam lautan dan merasakan kelembutan sayap-sayap-Mu. Aku telah menginggalkan pembaringanku dan berjalan di atas rerumputan. Embun malam membasahi kaki dan keliman pakaianku, di sini aku berdiri di bawah bunga-bunga pohon Almond, memperhatikan ruh-Mu."
Gibran tidak hanya menekankan cinta sebagai dasar hubungan antara manusia dengan Allah, tetapi lebih jauh dari itu melalui dan dalam cinta manusia diarahkan, dituntun sampai pada tahap akhirnya hidup dalam persekutuan dengan Allah. Cinta melampaui keterbatasan manusia, menembus ruang fisik dan berjumpa dengan Allah. Dengan demikian cinta ditempatkan Gibran sebagai bentuk hubungan terpenting dan tertinggi.
Agar sampai pada persekutuan dengan Allah melalui Cinta, bagi Gibran cinta itu harus berangkat dari peran manusia yang kongkret dalam kodrat kemanusiaan dan potensi-potensinya yang lebih jauh dan luas. Dalam Triloginya Sang Nabi, Taman Sang Nabi, dan Suara Sang Guru (Yogyakarta, Pustaka Sastra, 2004, hal 212) dengan jelas Gibran menggambarkan tentang hal tersebut.
"Kalian orang-orang beriman yang dapat menemukan adanya suatu dasar untuk kemajuan seluruh umat manusia dalam sifat baik manusia, dan bahwa dalam diri manusia terdapat tangga kesempurnaan yang menuju Roh Kudus? Jika kalian dapat berlaku demikian, maka kalian akan seperti bunga bakung di taman kebenaran yang abadi harumnya baik tersimpan dihirup manusia atau tersapu oleh angin lalu."
Hal senada dikatakan Gibran dalamSemua Karena Cinta (Yogyakarta, Narasi, 2005, hal. 54)
"Hidup tanpa cinta bagaikan sebatang pohon yang kokoh berdiri namun dahannya kering, tanpa dihiasi buah ataupun bunga."
Sejalan dengan pandangan mistik agama samawi, bagi Gibran persatuan Allah dan manusia tidak hanya terjadi dalam cinta yang meluap-luap dan berkobar-kobar kepada Allah dalam ekstase. Gibran lebih memandang pengalaman mistik dari aspek etika. Pengalaman mistik dalam pandangan Gibran tidak berarti melarikan diri dari tugas dan tanggungjawab hidup di dunia ini, dengan menyingkir untuk masuk dalam ekstase kebahagiaan untuk diri sendiri saja, membelakangi dunia serta melupakan segala penderitaan hidup diri sendiri maupun orang lain. Baginya mistisisme yang hanya mementingkan diri sendiri adalah egoisme alias pengingkaran terhadap kodrat manusia. Gibran menekankan bahwa relasi cinta antara Allah dan manusia baru akan menjadi nyata bila melimpah ke dunia dalam wujud cinta kepada sesama. Ini harus terjadi bukan dengan kata-kata, melainkan dalam belas kasihan dan kurban diri.
Wujud tertinggi dari cinta bagi Gibran adalah terlibat atau melibatkan diri dalam dunia; dan bentuk keterlibatan itu dimaknai oleh Gibran dengan kerja. Kerja atau pekerjaan adalah satu-satunya wujud relasi manusia dengan Allah dalam dunia, sebagai sebuah bentuk kurban diri yang kongkret. Kerja yang dimaksudkan Gibran tidak hanya melibatkan daya fisik tetapi juga pikiran dan perasaan manusia. Melalui kerja manusia dapat mewujudkan dirinya sebagai individu. Dengan bekerja manusia dapat melebur dalam persatuan dengan sesama, dan dengan bekerja pula manusia dapat menjumpai Allah di dalam alam semesta. Hal ini dilukiskan Gibran dalam Triloginya (hal.28-29)
"...aku berkata bahwa hidup memang kegelapan, jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat-keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan. Dan segala pengetahuan adalah hampa, jika tidak diikuti pekerjaan. Dan setiap pekerjaan akan sia-sia, jika tidak disertai cinta. Bekerja dengan rasa cinta, berarti kalian sedang menyatukan diri dengan diri kalian sendiri, dengan diri-diri orang lain - dan kepada Allah."
Gibran meyakini bahwa kerja merupakan dimensi mendasar hidup manusia di dunia. Latar belakang pemikirannya adalah karena manusia ialah citra Allah, juga karena perintah yang diterima dari Penciptanya untuk menaklukkan dan menguasai dunia. Bagi Gibran semua perkerjaan manusia harus berorientasi pada cinta. Karena kerja yang berlandaskan pada cinta, maka melalui kerja atau pekerjaan manusia tidak hanya mengubah kodrat, tetapi juga mewujudkan dirinya sendiri dan membangun masyarakat keluarga dan bangsa.
Bagi Gibran cinta tidak punya makna selain mewujudkan maknanya sendiri. Cinta tidak memberikan apa-apa pada manusia, kecuali keseluruhan dirinya, dan cintapun tidak mengambil apa-apa dari manusia, kecuali dari dirinya sendiri. Cinta tidak memiliki atau dimiliki, karena telah cukup untuk cinta. Namun jika manusia mencintai dengan hasrat dan keinginan, maka manusia harus meluluhkan diri, mengalir di dalamnya, dan terlibat. Hanya saja dalam kehidupan manusia cinta yang sempurna tidak dapat ditemukan. Kehidupan adalah tabir kegelapan, berkerudung dan bercadar. Melalui dan dalam cinta manusia senantiasa digiatkan untuk melakukan pencarian makna kehidupan dengan mengamalkan cinta kasih, tetapi kesempurnaan cinta hanya ada dan dimiliki oleh Allah.
"Apabila kalian mencinta, janganlah berkata: "Allah ada di dalam hatiku" tetapi sebaliknya kalian merasa: "Aku berada di dalam Allah" Dan jangan kalian mengira bahwa kalian dapat menentukan arah cinta, karena cinta apabila telah menjatuhkan pilihan pada kalian, dialah yang akan menentukan perjalanan hidup cinta." (Trilogi hal.14)
Dalam kehidupan, manusia tidak mampu mengukur kualitas cinta, sebab kepenuhan cinta sesungguhnya adalah Allah itu sendiri. Allah adalah awal dan akhir kehidupan, Allah adalah cinta, maka hanya dalam dan melalui cinta manusia berjalan dan mengarahkan dirinya kepada Allah.
Jumat, 27 September 2013
biodata
nama:friza claudya dona sita
nama panggilan:chika
tempat tanggal lahir:palembang,6-september-1997
bintang:virgo
asal:ambon
agama:islam
sekolah:sma xaverius 4 palembang
pekerjaan :pengangguran
makanan:100% halal
minuman:100%halal
hobby: tertawa
phobia:banci,badut,ayam
musik:queen,aerosmith,killingme inside,jhon drenver,the beatles,metalica,evanescense dll
film:harry potter,conjuring,evil dead,perahu kertas,catatatan akhir sekolah,kambing jantan ,malam minggu miko,stand up comedy
stand up favorit:raditya dika,mongol,panji
aktor:vino g bastian, herjunot ali, reza rahardian,rio dewanto
cita-cita : jadi orang kaya yang selamat dunia dan akkhirat
buku: kambing jantan,manusia setengah salmon,babi ngesot,lajang-lajang pejuang.
cttn:
-orang yang bisa stand up adalah manusia ciptaan tuhan yang terkeren.
-"jaga bacot sebelum di bacok"
-jadilah manusia sederhana yang menampilkan diri dengan apa ada nya,
-cintailah perbedaan. tanpa perbedaan dunia tidak lah berwarna
-manusia yang sejahtera adalah manusia yang tampil apa adanya
-sayangilah orang tua karena doa orang tua membawa kebahagiaan
-jangan pernah berbuat jahat kepada seseorang, karena suatu saat nanti kita akan membutuhkan pertolongan dari orang itu.
-hukum karma selalu berlaku di dunia.
Langganan:
Postingan (Atom)